Beranda | Artikel
Seorang Dai Ke Jalan Allah Tidak Berkehendak Selain Memperbaiki Saudara-Saudaranya
Sabtu, 5 Mei 2018

SEORANG DAI KE JALAN ALLAH TIDAK BERKEHENDAK SELAIN MEMPERBAIKI SAUDARA-SAUDARANYA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan.
Apakah yang wajib bagi saya jika telah menasehati keluarga dan saudara-saudara, akan tetapi mereka tidak memenuhi nasehat itu dan memutuskan pembicaraan saya (sehingga) saya menemukan kesulitan dalam hal tersebut ?

Jawaban.
Hal ini sering terjadi, kondisi begini sangat banyak, keluhan begini juga sangat banyak baik dari kalangan pria maupun wanita. Hal ini disebabkan karena sebagian orang jika diseru ke jalan Allah Azza wa Jalla menyangka bahwa sang da’i ingin menguasainya saja, ingin membalasnya, atau ingin mengunggulkan dirinya atas orang yang ia dakwahi. Yang jelas (pikiran) itu dari setan.

Maka seorang da’i ke jalan Allah hendaknya tidak berkeinginan selain memperbaiki saudara-saudaranya serta menunjukkan mereka pada kebenaran. Namun bersama ini saya juga mengatakan kepada sang penanya : ‘Bersabarlah dan berihtisablah (mengharapkan pahala), dan ketahuilah bahwa setiap gangguan yang menimpamu dalam berdakwah ke jalan Allah maka anda akan diberi pahala. Dan seorang da’i ke jalan Allah Azza wa Jalla jika dakwahnya diterima ia telah melaksanakan kewajibannya dan meraih ganjaran akibat hidayah yang diperoleh oleh orang lain (melalui tangannya) sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Ali bin Abi Thalib,

انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ  فَوَاللَّهِ لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

”Majulah dengan tenang, maka demi Allah ! Sungguh jika Allah memberikan hidayah seseorang melalui dirimu maka itu lebih baik bagimu daripada seekor unta merah”

Jika dakwahnya ditolak dan ia disakiti di jalan Allah, maka sesungguhnya hal itu juga pahala baginya, bahkan dua pahala ; untuk dakwahnya ke jalan Allah, dan untuk cobaan karena Allah Azza wa Jalla.

Dan para rasul ‘alaihimushalatu was salam telah disakiti namun mereka bersabar, sebagaimana firman Allah Subahanhu wa Ta’ala kepada NabiNya.

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (uang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu” [Al-An’am/6 : 34]

Wahai saudara ! Dalam dakwah kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala janganlah menjadikan gangguan manusia terhadapmu sebagai sebab yang menghalangimu dari Al-Haq, atau menyurutkan langkahmu ke belakang. Karena kondisi seperti ini hanya terjadi pada orang yang imannya belum terhunjam dan mengakar, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan diantara manusia ada orang yang berkata : ‘Kami beriman kepada Allah’, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai adzab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata : ‘Sesungguhnya kami adalah besertamu’. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia ?” [Al-Ankabut/29 : 10]

Maka nasehat saya kepada saudaraku dan juga nasehatku kepada keluarganya, agar ia meneruskan dakwahnya ke jalan Allah dan tidak berputus asa. Adapun keluarganya, maka mereka berkewajiban menerima yang haq baik yang datang dari orang yang lebih rendah dari mereka ataupun dari orang yang setara umurnya dengan mereka atau yang lebih tua.

[Disalin dari kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah Muhammad Ihsan Zainudin, Penerbit Darul Haq – Jakarta]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/9030-seorang-dai-ke-jalan-allah-tidak-berkehendak-selain-memperbaiki-saudarasaudaranya.html